Tuesday, December 19, 2006

File server crash



Pulang Malem lagi dech ,
Gara-gara file ldap crash, bingung ngebackup raid server, gimana ya caranya udah tambah malam dan ini server kudu cepet up.
Bolak-balik ke ruang server dingin lagi.... :(

coba-coba searching ke google dan nemuin cd kopix.
petualangan dimulai dech.
kita boot pake knopix, dan raid dapat di mounting dengan mulus.
kita mulai membackup lewat network pake tools bawaan kde.
fish://192.168.1.1 (ftp server buat backup data)
nah ada kendala kedua file yg dimounting sama knopix gak bisa diakses, pusing juga nech. tanya ama mr.google dengan key System recovery with Knoppix.
dan didapat ilmu pamungkas.
kita pake carea sebagai berikut
sebagai root, lalu ketik # netcardconfig
lalu lakukan copy data
# scp -rp /mnt/hda5/home/cumigoreng 192.168.1.1:/home/cumigoreng/tmp

dan semua folder beserta isinya dapat tercopy ke server backup

sekalian biar gak lupa di kde ada option juga
1.start
2.systems
3.more applications
4.file manager super user modes

dan akhirnya bisa tercopy dengan baik

udah malem ngantuk kangen sama didit dan hacitya

momo

Wednesday, December 13, 2006

Jangan jadi gelas

Agi Virgiant to daarut-tauhiid

Jangan jadi gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? " sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, " jawab sang
murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana . Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak,
supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu
dalam dadamu itu jadi sebesar danau."

Cobaan Ketakutan dan Kemiskinan Bagi Mukmin

Artikel dari A Nizami
to daarut-tauhiid

Assalamu'alaikum wr wb,

Semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Sesungguhnya
kita akan diuji dengan ketakutan akan kelaparan,
kemiskinan, dan kehilangan nyawa. Meski demikian Allah
memerintahkan kita untuk sabar dan sholat sebagai
penolong kita.

Sabar di sini bukan sabar menghindari perang di jalan
Allah. Tapi justru sabar dan pantang menyerah meski
peluru berdesing menerpa kita sehingga mati syahid.
Ibarat perang melawan penjajah, sabar itu ya maju
terus pantang mundur. Bukan justru lari dan
bersembunyi.

Jika ditimpa musibah kita sabar, karena kita semua
milik Allah dan kita semua memang akan kembali kepada
Allah SWT

Wassalam

2. Al Baqarah

Cobaan berat dalam menegakkan kebenaran

153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.

154. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap
orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka
itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup[100],
tetapi kamu tidak menyadarinya.

155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.

156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun"[101].

157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

[100]. Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan
alam kita ini, di mana mereka mendapat
kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah
sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah
dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan
kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah).
Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik
besar maupun kecil.